Di dalam Alkitab, Kitab Kejadian 3: 11-13, diceritakan tentang kisah Adam dan Hawa, yang memakan buah terlarang di surga, setelah diketahui Tuhan, kemudian mereka ditanya
Padahal dalam ayat sebelumnya mereka sudah dilarang untuk memakan buah itu. Tuhan murka, maka mereka ditanya, dan ini jawaban mereka dalam Alkitab
Laki-laki itu menjawab, "Perempuan yang Engkau berikan
untuk menemani saya, telah memberi buah itu kepada saya,
lalu saya memakannya.“ Tuhan Allah bertanya kepada perempuan itu, "Mengapa kaulakukan itu?“ "Saya ditipu ular, sehingga saya makan buah itu." - Kejadian 3: 12-13
Kisah di dalam Alkitab, memang manusia dideskripsikan pandai beralasan, tidak mau disalahkan, kata anak zaman now, "pinter ngeles". Tetap merasa benar walau jelas salah
Sampai sekarang, sikap ini tetap ada, hanya dengan kejadian yang berbeda. Misalnya, saat seorang pejabat tinggi dimintai keterangan tentang makanan kaleng yang bercacing
Komentarnya sangat aneh, "cacing juga termasuk protein", ini bukan hanya alasan, tapi menyakiti, bukan hanya mengelak dari tanggungjawab tapi juga membodohi
Persis sama yang kemarin-kemarin, bila rakyat susah makan maka diet saja, atau makan keong, cabai mahal tanam sendiri, gas mahal jangan pakai gas, ini mental tukang ngeles
Darimana mucul modus begini? Arogansi. Dan sepertinya ini yang kita temukan umum pada penguasa yang sekarang. Tak mau salah, tak boleh salah, seolah Tuhan
Bedanya, seorang Muslim justru diajarkan sebaliknya, untuk bertanggung jawab atas kesalahannya, mengaku hingga bisa belajar dari kesalahan, begitu kisah Adam dalam Al-Qur'an
Berkata Adam, "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi" - Al-A'raf 7: 23
Efek "ngaku" bukan "ngeles" ini berbuah manis, yakni taubat yang Allah berikan, dan rahmah yang Allah limpahkan. Murka Allah hilang, kasih sayang Allah diberikan
Kalau sudah salah, jangan lagi menyakiti. Bila tak mampu menepati janji, jangan tambah dengan membohongi. Mengakui kesalahan itu sudah setengah solusi. Semoga Allah merahmati
No comments