PROPERTY SOLO

PROPERTY SOLO

Belajar dari seorang anak [2]

Share:
Bismillahirrohmanirrohim

Cerita diambil dari kisah nyata sahabat saya yang berada di pedesaan tepatnya di banjarnegri lampung selatan.

Berawal dari kebutuhan yang semakin hari makin bertambah disebabkan kian hari banyak anak didik yang datang untuk ikut belajar bersama sehingga bertambah pula pengeluaran daripada pemasukan, akhirnya saya berusaha untuk mencari modal untuk buka usaha dan kepulan dapur, sehingga dengan keterbatasan ilmu mengenai RIBA saya mengambil keputusan dan kesalahan terbodoh selama seumur hidup.

Singkat cerita, bulan juni sayapun berhasil mendapatkan uang sebesar 30 juta dengan menggadaikan rumah yang kami tempati rumah bata sebagai pelindung panas dan hujan.

Dimana setelah mendapatkan uang tersebut malam hari saya mengadakan syukuran( saya pikir itu adalah uang barokah). Dari sekian anak asuh terdapat salah satu anak yang menolak makan nasi berkat(istilah jawa). Saya berpikir jika ia sudah kenyang maka akhirnya saya sisihkan lauknya untuk dia jika nanti lapar.

Namun sampai keesokan harinya pun dia  tetap menolak untuk makan lauk tersebut.
Ketika saya tanya kenapa le (panggilan anak jawa) enggan makan lauk berkat? Dia cuman menjawab "itu uang rumah yang sedang sakit, dan saya nggak tegel untuk memakannya"

Saya pun terdiam, perasaan saya seperti terpukul, jika tidak disekolahin ke bank kita tidak akan bisa makan lagi nanti Le. Sudah 3 hari kita tidak makan nasi hanya ubi dan minum air putih kasian adek tata yang masih berusia 2 tahun.

"Dia pun hanya menjawab iya "

Tapi Allah tetap menjaga anak-anak ini dari kotornya uang RIBAWI. Tepatnya bulan ke-6 sejak kami dapat uang RIBA nasib berkata lain. Hasil produk keripik senilai 45 juta beserta uang hasil penjualan keripik 5 juta dan laptop kenang-kenangan raib dibobol maling dalam waktu semalam dikios kami dikota metro. Dimana saat itu saya sedang mengikuti pameran UKM di kota Bandung.

Tepat tanggal 30 oktober 2016 saya pulang ke lampung dan malam itu juga menjadi awal kesusahan kami semua. Allah telah mengambil semua uang RIBA dari kami.

Ketika itu semua orang shock, kami semua menangis, bingung bercampur aduk mau jualan menggunakan apa? Membiayai hidup dengan jalan apa? Sampai-sampai lupa bahwa Allah maha kaya dan kami semua termasuk hamba-Nya.

Tapi berbeda dengan Adiant, dia justru tidak menampakan kesedihan tatkala makan pun terlihat nampak lahap mungkin dari sekian anak dia yang paling ceria dalam menghadapi kesulitan ini, dan saya melihat Adiant yang dulu yang pernah saya kenal, yang sempat hilang (Karakternya).

Ketika dia saya tanya hanya menjawab "Allah kabulkan doa Diant, supaya rumah ini sehat lagi buk"

Allahu akbar
Allahu akbar
Allahu akbar

Tidak terasa air mata pun menetes dikembali mendengar doa simple dari bibir mungil seorang bocah dari "Perang melawan Allah dan malaikatnya"

Doa yang paling tulus yang tidak menghakimi dan menghujat dikala saya sedang terpojok oleh kesalahan saya sendiri.

Belajar dari adiant ( 5 th )

No comments