Sepulang dari tempat kerja, tidak seperti biasanya tetangga rumah sudah menunggu di teras rumah, sambil beranjak dari tempat duduknya ia pun mengucapkan salam "Assalamualaikum" maka saya pun menjawab nya "walaikumsalam warrahmatullahi wabbaraktuh". Dengan rasa malu dan sangat hati-hati ia pun menyampaikan maksudnya kepada saya "Maaf mas, boleh saya pinjam duit?"
"Emang ada keperluan apa pak?"
"Istri saya sedang sakit mas"
Sakit apa pak ?
"Biasa mas sakitnya orang miskin badan panas, lemas gak mau makan.
Saya pun memberikan pinjaman sebagai akhir dari obrolan kami. Bukan mengenai pinjaman yang saya garis bawahi melainkan ucapan beliau " sakitnya orang miskin" inilah yang harus menjadi pembelajaran untuk kita semua.
Dan beberapa hari yang lalu saya belanja jamu. Bos jamu saya baru beberapa bulan yang lalu menikah lagi, ia pun menyampaikan " setelah saya menikah lagi kok penjualan jadi sepi ya mas, apa mungkin istri saya membawa sial?"
Kasusnya hampir mirip dan yang perlu digaris bawahi "istrinya bawa sial" ini juga menjadi hikmah kita. Apa hikmahnya? Yaitu menjaga setiap kata yang keluar dari mulut.
Karena setiap ucapan yang keluar dari mulut kita merupakan sebuah harapan. Maka alangkah lebih baik setiap kata-kata yang terucap berisi harapan yang baik dan positif.
Kata dapat mewakili sebuah harapan dan doa maka berusaha yang optimis, dan khusnuzon.
Kata dapat menjadi sebagai prasangka kita kepada Allah. Apabila kata yang kita ucapkan selalu baik, maka begitu pula Allah akan selalu memberikan yang terbaik pula. Bukankah Allah tergantung prasangka hambaNya?
Yukkk kita mulai untuk bertutur kata yang baik. Siapa yang mau rezekinya menjadi lebih baik maka sudah sepantasnya memperbaiki kata-kata yang diucapkan.
No comments