Ketika saya masih SD sering ibu mengajak pergi ke pasar traditional, pada waktu itu suasananya masih bau, becek, kotor dan jorok. Ditambah hujan baik kecil ataupun lebat, sudah dipastikan kaki kotor dan sandal rusak.
Dan tempat yang tidak saya suka pada bagian ikan, bau sangat menusuk hidung ditambah dekat daging, entah itu yang haram atau halal membuat perut menjadi mual.
Maka biasanya ibu meminta jika pergi ke pasar traditional menggunakan pakaian yang tidak terlalu bagus, sayang jika kotor.
Dan jangan pernah berharap menggunakan sepatu bagus dan mengkilap, paling diminta untuk mencari sandal jepit yang sudah usang.
Mungkin melihat orang yang membuang ludah sembarangan sudah hal yang biasa dan tidak aneh. dikarenakan tempat dan lingkungan yang sudah kotor dan kumuh.
Tapi beda jika kita pergi ke mall, sudah bisa dipastikan kita akan menggunakan pakaian bagus, minimal tidak memalukan dan alas kaki yang enak dilihat.
Hampir kita tidak akan pernah melihat orang meludah sembarangan di mall, dan toiletnya pun dijaga dari basah dan kotor saking menjaga kebersihan dan keindahan.
Itulah perumpaman, bahwa kita akan mengikuti, menyesuaikan dan menjadi siapa sesuai lingkungan kita berada.
Dalam sebuah hadis, Rasululah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan,“Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.” (HR Bukhari 5534 dan Muslim 2628)
Tatkala sudah berniat untuk berhijrah sudah semestinya kita tinggalkan lingkungan yang selalu memberikan dampak buruk.
Note:
Tanpa bermaksud mendeskritkan pasar traditional karena keluarga besar hidup dipasar
No comments