Terkadang dalam diri apakah masih ada terbesit bersikap sinis pada saudara sendiri atau terhadap orang lain karena merasa diri sudah lebih baik, lebih pintar, lebih duluan mengaji, memiliki banyak ilmu yang dikuasai sehingga banyak orang bertanya sana sini menjadikan diri cerdas
Seyogyanya setelah berhijrah tidak menjadikan diri menjadi pribadi yang tinggi hati, sehingga potensi untuk menyakiti perasaan orang lain lebih besar, apalagi mereka yang memulai untuk berhijrah dan memantaskan diri.
Dinukil dari kitab Hilyah Thalibil ‘Ilmi
"Ada yang berkata bahwa sesungguhnya ilmu itu terdiri dari tiga jengkal.
Jika seseorang telah menapaki jengkal yang pertama, maka dia menjadi tinggi hati (takabbur).
Kemudian, apabila dia telah menapaki jengkal yang kedua, maka dia pun menjadi rendah hati (tawadhu’).
Dan bilamana dia telah menapaki jengkal yang ketiga, barulah dia tahu bahwa ternyata dia tidak tahu apa-apa.”
Alangkah baik jika kita mengendalikan rasa tinggi hati karena disaat sudah berhijrah disitu pula kita dipaksa untuk selalu memperbaiki diri baik ucapan, berpakaian maupun perbuatan.
Jika ada keinginan untuk memberi tahu atau menasihati maka beritahulah dengan cara yang baik dan tanpa menyinggung maupun menggurui karena meraka merupakan ladang dakwah kita.
Tatkala mereka masih belum mau menerima maka serahkan suanya pada Allah dan jangan lupa untuk selalu mendoakan mereka.
Karena kita tidak mampu membuka pintu hidayah melainkan hanya Allah.
Ber-istighfar atas segala sifat ujub dalam diri, karena Allah berfirman
“… dan di atas tiap-tiap orang yang berpengetahuan itu ada lagi yang Maha Mengetahui.” (QS. Yusuf: 76)
No comments