SD merupakan masa sekolah yang penuh kenangan, dimana belum ada rasa cinta, sayang terhadap lawan jenis dan hal Yang tidak pernah aku sukai adalah membaca.
Tapi setelah memasuki SMP membaca sepertinya hal yang harus dilakukan karena guru bahasa memberi kewajiban untuk setor cerita terhadap semua siswa untuk mambaca dan saya mulai dengan membaca novel
Usai menyambangi perpustakaan saya pilih buku sastra yang paling tipis diantara yang lainnya. Kalo tidak salah karya HAMKA, tenggelamnya kapal Van Der Wijk
Kisah zainudin dan *Neng* Hayati mungkin ini yang merubah pandangan saya tentang sastra dimana novel cerita yang membosankan dan tidak menarik dibandingkan komik.
Sebagai orang jawa yang sejak kecil sering mendengar cerita2 simbah mungkin akar saya mulai menyukai cerita-cerita novel dan mencoba memaknai kalimat-kalimat dari penulis.
Kutipan yang masih saya ingat sampai saat ini adalah kutipan tentang CINTA, dan yang seterusnya saya ingat, selalu saat _mencintai_ seseorang
"Dan cinta, adalah melalui beberapa pintu. Ada dari pintu sayang, ada dari pintu kasih, ada dari pintu rindu, tetapi yang paling aman dan kekal, ialah cinta yang melalui pintu kasihan itu"
Dulu saya kurang begitu memaknai apa makna arti tulisan tersebut, karena penulis HAMKA tidak merinci apa artinya, tapi hanya sebatas menduga bahwa kasihan itu memang lebih dari kasih, sayang dan juga rindu
Kasihan bebas dari segala bentuk kepentingan tanpa mengharap balasan dan sangat lembut, penuh iba, welas asih dan murah hati dan terutama bebas dari ukuran fisik dan batasan yang *_FANA_*
Dalam bahasa arab dikenal kata *_syafiq-* yang memiliki padanan rahmah dan hanan. Begitu pula Allah mensifati dirinya dengan Rahman dan Rahim.
Seiring dengan waktu saya coba memahami pintu kasihan yang dimaksud HAMKA, dan didalam Al quran terdapat kata rahman surah maryam
Tahulah kita, saat Ibrahim dan Maryam mengingatkan manusia agar takut pada Allah, mereka memakai kata Ar-Rahman sebagai gantinya penyebutan Allah
Setelah mencoba memahami artinya tersentak hati, sedih bercampur senang dalam dada begitu dalam makna yang terkandung didalamnya, bagaimana mungkin diri ini yang penuh dengan dosa tak takut pada dzat yang begitu kasihan pada manusia, apa bisa kita membayangkan bagaimana murka NYA?
Sebab Allah kasihan pada kita, kita masih ditutupi begitu banyak aib. Apa jadinya jika aib kita diketahui oleh manusia.
Sebab Allah kasihan pada kita, Allah berikan tuntunan Al-Quran dan Rasul-Nya, kapan kita mengasihani diri dengan taat Allah?
No comments