Keluarga sebenarnya yang lebih paham akan baik dan buruknya perilaku. Sebagian dari kita bermula bukan dari yang baik, mungkin diantara kita dahulunya salah bergaul, keliru dalam berbuat, terjerumus dalam kemaksiatan dan dosa dalam kehidupan ini.
Kemudian tatkala ada kebaikan yang sampai pada kita entah itu datangnya dari siapa dan kita benar-benar berubah, maka sebenarnya hidayah dari Allah itu telah diberikan oleh Nya. Sungguh beruntung orang-orang tersebut.
Dahulu banyak para sahabat sebelum mendapat hidayah, menghunus pedang untuk memerangi mereka yang beriman, kemudian Allah hadiahkan hidayah, maka jadilah ia pedang Allah yang terhunus.
Tidak itu saja, Allah berikan seluruh persia dan hampir setengah romawi menjadi bagian wilayah islam melalui tangan nya, KHALID BIN WALID.
Begitupun sahabat Umar bin khaththab yang dahulunya merupakan ancaman besar terhadapa kaum muslim dan Rasulullah, namun Allah karuniakan hidayah terhadapanya, beliau terkenal dengan Al-faruq.
Kini beliau terbaring disebelah kekasihnya Muhammad saw, dimasjid Nabawi, sampai sekarang namanya selalu dikenang sebagai khalifah adil, bijaksana, tegas, lembut dan penyanyang.
Maka jangan pernah menghakimi seseorang sebelum bertaubat, namun lihatlah mengapa Allah memberinya hidayah menuju kebaikan.
Allah beri dia kebaikan berpindah dari jalan kebatilan menuju jalan Islam, tapi kita kadang tak mampu melihat kebaikan sebab mata kita sudah terbiasa melihat keburukan
Jika Allah menghendaki pada seseorang jalan kebaikan, maka Allah akan faqihkan dia dalam agama dan dimudahkan dia.
Kemudian jangan pernah mengomentari mereka yang mau taat namun bertindik? Mungkin kita tidak bertindik, namun ucapan kita jauh dari hidayah Allah, jauh dari prasangka kebaikan.
Bahwa nilai amal itu ditentukan oleh bagian penutupnya, preman taubat itu khusnul khotimah, jangan sampai kita suul khatimah bergelar murtad, naudzubillah
وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ ۚ
“Seseorang tidak tahu di belahan bumi mana ia wafat.” [Quran Luqman: 34]
No comments