Kisah terlepas RIBA part#3
Sungguh .... harta haram telah menghalangi saya untuk beribadah. Semua itu tidak lain karena kerasnya hati, dan tidak ada cobaan yang lebih besar menimpa seseorang dari kerasnya hati… Hati yang keras karena tertutup oleh noktah hitam dosa.
Saya mulai bekerja di Perbankan sejak tahun 2003 di BPR, 2004 pindah ke salah satu Bank Swasta, dan tahun 2006 pindah ke Bank BUMN.
Awal tahun 2011, Allah "paksa" saya untuk berangkat umroh. Istri mendapat hadiah Umroh untuk 1 orang, sehingga saya harus menemaninya. Karena keterbatasan keuangan, saya terpaksa pinjam di Koperasi kantor untuk membiayai Umroh saya.
Sebelum umroh, Allah ijinkan saya utk bisa merasakan nikmatnya sholat. Yang saya bayangkan, kalau sholat nya di Masjidil Haram atau Masjid Nabawi pasti kenikmatnya jauh lebih Dahsyat. Singkat cerita kami berangkat umroh, dengan ekspektasi yang tinggi. Tetapi yang terjadi ternyata di luar dugaan.
Ketika kaki saya menginjak bumi Jeddah, badan saya rasanya langsung meriang. Perjalanan menuju Madinah saya lalui, kondisi badan yang lemas, pusing berat & demam.
Begitu sampai di Madinah, saya tidak mampu berjalan sendiri, badan saya limbung sehingga saya sempoyongan masuk hotel dengan dipapah istri.
"Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri, melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena gila. ..." (Al Baqarah 275)
Tidak berhenti di situ, saya juga batuk pilek, sariawan parah di 3 titik dan perut perih. Sehingga waktu makan menjadi momen yg sangat menyiksa.
Setelah istirahat, dengan wajah yang pucat dan sisa sisa tenaga saya memaksakan diri sholat subuh di Masjid Nabawi. Ternyata, jangankan merasakan nikmat yg lebih ketika sholat dibandingkan di Indonesia, menyamainya pun tidak. Bahkan ibadah saya seperti mati rasa, bahkan di Raudhah. Selama ± 4 hari saya di Madinah, cuma 1 kali saya merasakan bisa beribadah dengan nikmat.
Saya berharap di Masjidil Haram nanti jauh lebih baik. Apalagi dalam rangkaian ibadah Umroh.
Dan ketika masuk Masjidil Haram, begitu saya melihat Ka'bah saya merasakan perasaan terharu. Tetapi sekejap saja, saya hanya merasakan tidak lebih dari 5 detik, ASTAGHFIRULLOH.... ada apa ini? Saya sudah begitu dekat dengan Ka'bah, Kiblat saya sholat bertahun tahun, tetapi saya tidak bisa merasakan kenikmatan memandangnya.
Rangkaian ibadah umroh pun saya lakukan ......, Dan hal yang sama pun terjadi seperti di Madinah, ibadah saya seperti mati rasa. Selama ± 3 hari saya di Mekkah, cuma 1 kali saya bisa beribadah dengan nikmat hingga meneteskan air mata. ASTAGHFIRULLOH ...
Tetapi hal ini tidak dirasakan istri saya
Allah yang menggenggam hati setiap manusia, Allah tidak ijinkan saya merasakan nikmatnya ibadah. Saya yakin ini tidak ada yg kebetulan di sisi Allah, karena ... “Tidak ada sehelai daun pun yang gugur yang tidak diketahui-Nya”.... (QS Al-An'ām : 59)
Pasti ada sebab dan hikmah pada Umroh yg saya alami, kuat dugaan saya adalah karena uang yang saya gunakan untuk umroh berasal dari hutang RIBA yang dibayar dengan gaji RIBA.
Dua bulan sesudah Umroh, kami pun diberikan ujian (hukuman) yang Sangat Berat. Kami harus menemani Putri tercinta kami untuk berjuang melawan KANKER SYARAF (Neuroblastoma) selama 21 bulan sampai Allah memanggilnya di bulan Desember 2012.
Alhamdulillah ala kulli hal ... sejak Februari 2016 saya resign dari Bank BUMN, semenjak itu banyak sekali ibadah yg ketika dulu masih di Bank sangat berat dilakukan, bisa saya lakukan. Salah satunya adalah begitu beratnya untuk membaca Al Quran, seakan akan Al Quran enggan saya baca.
Sungguh .... harta haram telah menghalangi saya untuk beribadah. Semua itu tidak lain karena kerasnya hati, dan tidak ada cobaan yang lebih besar menimpa seseorang dari kerasnya hati… Hati yang keras karena tertutup oleh noktah hitam dosa.
Kemudian setelah itu hati kalian menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi (Al Baqarah 74)
Maka apakah orang-orang yang dibukakan oleh Allâh hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Rabb-nya (sama dengan orang yang hatinya keras)?
No comments