Seumpama kekayaan yang berlimpah itu berarti kebaikan dan ketenangan, maka Qarun tidak akan pernah binasa oleh kekayaannya.
Jika kekuasaan dan tahta itu menjadi kebaikan dan kedamaian, maka Fir'aun tak akan tenggelam dilaut merah.
Jika ilmu pengetahuan dan jabatan itu pasti menyelamatkan, maka Haman tidak akan celaka. Manakala sebuah cinta saja cukup, maka istri nabi nuh pasti menaati perintah suaminya.
Tatkala semua telah dipertontonkan sebagai pelajaran, harta tahta dan cinta yang selalu jadi pujaan manusia yang dikejar dan dianggap sebagai kebahagian didunia ternyata belum tentu mampu membawa bahagia, karena semua hanya semu tanpa mengharapkan ridho Alloh sebagai pemilik maha kaya, maha kasih dan sayang.
Kebanyakan manusia didunia ini banyak yang lalai dan celaka karena diuji dengan nikmat dunia yang diberi kepadanya, bisa jadi dia adalah orang yang yang bertahan saat diberi ujian kekurangan dan kesederhanaan.
Sehingga Rasulullah memberitahukan dan kuatir akan umatnya, bukan kemiskinan yang beliau kuatir, tapi justru ketika dunia dibukakan(kekayaan, harta, tahta) kepada umat layaknya orang sebelum kita
Disaat kebanyakan manusia berlomba-lomba menggapai, mendapatkannya dengan berbagai cara tanpa memperdulikan lagi mengenai halal ataupun haram, baik buruk dan disaat tersebut Tuhan membinasakan dikarenakan harta dunia itu.
Sesungguhnya kita tak hendak mengatakan bahwa harta, tahta, kata dan cinta itu tidak penting. Yang hendak kita tekankan semua yang didapat di dunia itu hanya sebagai alat dan sarana, sehingga semua itu ditentukan kembali oleh penggunanya.
Dunia itu bisa jadi jalan menuju keridhaan Alloh atau juga bisa jadi jalan bagi kemurkaan Alloh. Sehingga apakah yang menjadi pembeda diantara keduanya?
Ridha dan murka?
Rasulullah sampaikan kepada kita, satu hal penting, "Siapa yang Allah kehendaki padanya kebaikan, maka Allah akan faqihkan dia dalam perkara agama"
HR Bukhari Muslim
Seharusnya kita berlomba-lomba didalamnya mempelajarinya, memahami dan mengamalkan agama, karena dengan syariat Islam seseorang mampu dan bisa menempatkan sesuatu secara benar dan seharusnya.
Disaat harta digenggam Abdurrahman bin auf, harta berbuah surga. Tatkala Umar bin Khaththab menduduki tahta Alloh ridha sebab mereka telah memahami dan mengamalkan perkara-perkara agama sehingga bukan hanya nikmat dunia saja melainkan jaminan surga.
Sehingga tak perlu iri dan hasad pada orang lain bilamana itu menyangkut perkara duniawi, sejarah telah memperlihatkan bahwa orang-orang zaman dahulu lebih hebat dari kita dalam perlombaan duniawi, namun mereka akhirnya celaka.
Seharusnya iri itu mereka yang diberi Al-Quran dan mampu beramal dengannya, juga mereka yang diberikan harta kemudian banyak bersedekah, berderma siang dan malam. Serta mereka yang diberikan kedudukan dan tahta lalu bersikap adil, bijaksana dan mampu mensejahterakan rakyat nya.
No comments