Balada Ujian di Tahun-tahun Pernikahan
Memasuki Tahun Pertama.
Hari kedua menyandang status pasutri, setelah menjadi Raja Ratu sehari. Dunia serasa milik berdua, apapun terkendali dengan sangat mudah. Masalah besar mengecil, masalah kecil menghilang.
Pabila sedang dalam cemburu, cemburunya kelihatan.
Pabila sedang sayang, segalanya diiyakan dan usahakan.
Setelah hena ditangan mulai memudar, Pekerjaan mulai menguras waktu juga tenaga, dan keduanya mulai lalai dan lelah.
Ujian sebutir pasirpun, kan terasa bak kerikil tajam. Kadang terselesaikan. Pun kadang dibiarkan berlalu begitu saja.
Beberapa menjalani tahun pertama dengan penuh suka. Namun tak sedikit juga yang menjalaninya dengan sedikit duka.
Apapun itu bertahanlah, karena tahun pertama adalah langkah pertama menuju gerbang utama
Dimana engkau akan diperkenalkan dengan siapa sebenarnya engkau menikah, bagaimana ia ketika dalam sedih dan marahnya..
Tahun kedua,
Ujian lainpun mulai menghampiri, bagi yang belum memiliki anak. Mereka akan diuji dengan kekhawatirannya. Iri dan cemburu kepada pasutri lainnyapun menumbuh bak semak belukar.
Bagi yang sudah memiliki anak. Mereka akan diuji dengan ego tersebab sulitnya membagi waktu menjadi orangtua yang utuh.
Namun apapun itu, bertahanlah. Karena ini adalah perekat terkuat, antara kurang dan lebihnya menjadi seorang suami segaligus Ayah. Menjadi istri, atau sebagai Ibu.
...
Tahun ketiga, dan ke-4
Ibarat tumbuhan, inilah fase dimana bibit yang ditanam mulai menunas. Rawan hama, dan hewan-hewan liar perusak.
Dimana pendapat oranglain mudah masuk dan meretakan pertahanan.
Yang akhirnya ketidakcocokkan hingga cek-cokpun tak terelakkan.
Bahkan merasa tidak bahagia dengan pernikahannya, dan telah salah memilih pasanganpun kadang menghinggap didalam kepala.
Dan selingan adanya orangketigapun yang tak diinginkan bisa hadir bak jeda iklan setelah tayang.
Ada yang menuruti kehendak berharap pulih. Ada yang berpasrah, meminta yang terbaik, pada keputusan terbaik.
Tapi selayaknya iklan ditv, ia hanya hadir sebagai jeda. Tuk memupus sebentar rasa ketidaknyamanan dalam pernikahan. Namun bukan menyelesaikan. Karena ujian tetaplah ujian. Bukan tempat perhentian.
Bertahanlah, karena makanan yang tersaji dibawah atap pernikahanmu terjamin kehalalannya, daripada jajanan diluar rumah.
...
Tahun ke-5
Inilah tahun dimana pernikahan akan diuji dengan kesempitan. Apa apa mulai terbatas dan kurang. Bukan karena rezeki mulai keluar dari porsinya.
Ibarat Asuransi yang sering tertera berbatas 1-3 tahun masa jaminan. Sama halnya dalam berumah tangga yang dibangun dari susah dan payah.
Maka segala sesuatunya akan minta diganti dan direnovasi. Seolah mampir ke pertamina, dan pegawainya mengatakan;
"Kita mulai dari Nol ya"
Sabarlah, dan bertahanlah. Anggap saja kalian sedang dalam masa pengantin baru setelah akad yang lama.
...
Tahun ke-6 dst.
Konon katanya, inilah masa dimana pasutri mulai tangguh pada apapun, mulai saling memahami dan begitu mengenali satu sama lain.
Karena, mereka tidak akan mudah menggigil pada gerimis setelah diterpa badai berkali kali.
Tahun ke Enam, dan seterusnya adalah tahun dimana lebih banyak pertimbangan. Lebih mudah berkasih sayang.
Menjadikan pernikahan bukan hanya untuk saling jatuh cinta. Tapi untuk saling jaga sampai tua, saling bimbing tuk mengabadi sampai ke jannah.
Meski kadang ada yang memilih untuk berbahagia dan bertarung sendirian ditahun tahun ini. Maka merekalah yang paling kuat diantara -Kita.
Karena mampuh melepas, disaat diberi pilihan untuk terikat. Mampuh mengusap dada sendirian, disaat yang lainnya masih ada bahu tuk dijadikan sandaran.
Sebenarnya sejak kapan ujian pernikahan diselipkan Tuhan? Setelah akad? Bukan, jauh sebelum itu. Ialah saat ada niat untuk menyegerakan.
Ujian kecil tapi sanggup menggoyah keyakinan, semisal perbedaan pendapat keluarga sebelah pihak. Atau perbedaan selera antara prosesi pilihan adat istiadat.
Sepele, tapi selalu berhasil menghadirkan debat. Maka tak jarang beberapa calon pengantin merasa lelah sebelum berjuang.
Ujian itu akan selalu ada, entah dalam siklus yang sama atau berkebalikannya. Namun apapun itu, dalam pernikahan selain Cinta dan Agama.
Kita juga membutuhkan ia yang bersedia setia mendengarkan.
Karena dimasa tua nanti, Kita tidak lagi disibukan dengan bekerja ataupun merawat anak anak.
Kita hanya akan lebih banyak duduk disudutan rumah, menikmati secangkir teh, berpegangan tangan, lalu menghabiskan waktu berbagi berbagai cerita.
Berupaya mengatakan " Aku cinta " meski pada akhirnya ia hanya akan menjawabnya dengan " Ada Apa " tersebab indera pendengarannya tak lagi peka.
..
Salam sayang,
Dariku yang selalu mencintai Mu
Bersama hingga ke Jannah
@meulaboh, NAD
No comments