BABAK BELUR DIHAJAR RIBA, BANGKIT LAGI MENOLONG DUAFA KORBAN-KORBAN RIBA!
Kisah Sigit Setiyawan dari Kudus ini sangat menginspirasi banyak orang. Pelajaran mahal usai bangkrut bertahun-tahun karena riba. Mengalami musibah berkali-kali, setelah taubat dan hijrah, utang semua lunas.. Sigit membuat gerakan sedekah untuk membantu para duafa yang terjerat riba.
Perjalanan usaha bersama ibunda yang sejak dulu akrab dengan utang dimana-mana, dengan alasan untuk menambah modal usaha namun justru sering celaka. Waktu itu Sigit berbisnis sebagai suplyer batok kelapa di industri obat nyamuk, dan briket batok untuk diekspor. Ibunda yang mengajari bisnis tersebut. Ketika volume usaha mulai membesar, godaan tawaran modal dari banyak lembaga keuangan menghampiri. Dari awal hanya mencoba ternyata itu jebakan riba.
Salah satu sifat buruk utang adalah bertambah... bertambah.. bertambah.. dan terusss bertambah. Di tahun 2011 utang Sigit sudah merajalela di 2 kartu kredit, 5 leasing mobil, 7 leasing motor, dan utang di 4 Bank, juga ada yang di rentenir. Semua dengan alasan untuk menambah modal usaha, namun kejadian-kejadian aneh mulai terjadi.
Kasus pertama Sigit dan ibunya ditipu oleh satu oknum polisi, diminta mengirim batok kelapa senilai 54 juta. Barang sudah dikirimkan uang tidak kunjung cair. Ketika Sigit datang ke rumahnya malah ditodong senjata.. "berani datang kesini saya tembak kamu!"
Innalilahi..
Sigit dan ibunya memilih merelakan uangnya hilang daripada urusan berkepanjangan. Hanya sekali? Oooh tidak.. beberapa mitra usaha menipunya, duit hilang sirna sementara bunga dan denda terus merajalela. ALLAH seperti menghadirkan orang-orang itu untuk memusnahkan hartanya.
Musibah datang lagi, ketika sedang menyopiri truk dari Kudus menuju Semarang untuk mengantar batok kelapa, baru 20 menit perjalanan di kota Demak Sigit mengalami kecelakaan hingga korbannya meninggal dunia.
Suram... dunia makin gelap..
Sigit bertanggungjawab penuh atas kecelakaan itu. Namun musibah juga belum berakhir..
Dia seperti dihantam pembuktian dari hadist ini:
Nabi Muhammad SAW bersabda,
"Siapapun yang memperbanyak hartanya dari RIBA maka ujung akhir urusannya adalah kemiskinan." [HR. Ibnu Majah 2365]
Tahun 2014 ibunda tercinta meninggal dunia. Ibu yang melahirkan dan mengajarinya berbisnis telah tiada. Momen itu jadi cambuk luar biasa untuk Sigit meninggalkan semua ikatan riba dalam hidupnya. Janji pada ibunda harus ditepati, melunaskan semua utang riba yang pernah mereka jalani.
Hijrah! Itulah pilihannya, semua asset dijual, genjot lagi usahanya dan semua hasilnya untuk menutup utang..
Satu persatu...
Tekun!
Berjuang siang malam!
Hari demi hari!
Pilihan hanya satu, ludeskaaan semua utang ribanya.
ALLAH Yang Maha Kaya memudahkan langkahnya, setelah 2 tahun berjuang, pada bulan Februari 2016 semua utangnya lunasss nas!!
Tiga bulan lalu Sigit mampir ke Tengkleng Hohah warung saya sambil bercerita.
"Perjalanan hidup saya jatuh bangun melawan riba tercermin dari nama anak-anak saya mas, Anak pertama Zahra.. artinya pakai bunga, hehe lahir waktu saya masih banyak utang riba tiap bulan bayar bunga. Anak kedua Sabrina... artinya sabarrr.. lahir ketika hidup penuh ujian dan musibah berkali-kali, Anak ketiga Ghaniyya.. artinya Yang Maha Kaya, Allah yang menolong saya sehingga semua utang saya lunas!"
Masya ALLAH... bisa begitu yak! Hehe
"Hidup saya sekarang tenang mas, gak usah pakai topeng hidup tampak kaya tapi utangan semua. Saya dari Kudus ke Jogja pakai mobil carry tua itu mas.. biar tua yang penting dapat berkahnya..." lanjut Sigit sambil menunjuk mobil yang parkir di sebrang warung saya.
Itulah hidup, jika kita mau mengambil hikmah dari semua peristiwa yang terjadi maka bisa jadi pembuka jalan di episode berikutnya.
Saat ini Sigit berbisnis Dawet Ayu Minah dengan 5 cabang di Kota Kudus. Taglinenya "Ada cinta ibu di setiap teguknya" dan dia kembangkan tanpa riba, dalam waktu dekat dia akan bikin mini resto untuk dawetnya.
Yang lebih kereeen lagi, selain aktif sebagai kurir #SedekahRombongan area Kudus, Sigit juga sebagai founder GEBBRA G (Gerakan Berbagi Agar Riba Raib), Sigit bersama kawan-kawannya mengumpulkan dana untuk melunasi utang para duafa yang terjerat riba. Sudah 10 duafa terbantu dilunaskan utangnya, dan dua sepeda motor roda tiga modifikasi diberikan untuk difabel agar dapat bekerja.
Inilah hijrah sejati... tidak hanya memikirkan kepentingan dirinya sendiri, tapi juga bergerak membantu orang lain. Habluminallah-nya dapet, Hablumminannas-nya juga tergapai! Insya Allah doubel pahala..
Dari kota Kudus seorang Sigit Setiyawan sudah membuktikan, bukan tidak mungkin di kotamu engkau juga bisa menggerakkan.. Hijrah sejati menjadi pemburu keberkahan Tuhan...
Insya ALLAH..
@Saptuari
Copas group telegram @kmb(khusu meraih berkah)
No comments