Mau dibikin-bikin dan dibuat-buat kuat, manusia tetap saja makhluk yang lemah. Menangis menjadi salah satu pembawaan yang tak terpisahkan. Pernah menangis, bukan?
Sebab dan latar belakang menangis ada banyak macam. Tidak semua tangisan bisa disamakan. Minimal, ada tangis sungguhan dan ada tangis berpura-pura.
Menurut Ibnul Qayyim dalam Zaadul Ma'ad (1/176), tangisan ada 10 macam. Tangis ketakutan, tangis kasihan, tangis karena cinta, tangis bahagia, tangis menahan sakit, tangis kesedihan, tangis karena lemah tak berdaya, tangis kemunafikan, tangis bayaran, dan tangis ikut-ikutan.
Di sini, tangis suami atau istri yang hendak dibicarakan. Tangis yang menandakan cinta. Tangis yang dihapus dengan basuhan cinta. Apapun sebab tangisan itu.
Ibnul Jauzi ( Shifatus Shofwah 1/233 ) menukil riwayat tentang sahabat Abdullah bin Rawahah yang sedang menangis. Mengetahui hal itu, istrinya ikut menangis.
Abdullah bertanya, " Kenapa engkau menangis? "
Istrinya menjawab, " Aku melihat dirimu menangis, maka aku pun ikut menangis karena tangisanmu "
Istri yang luar biasa! Berusaha merasakan apa yang dirasakan suami.
Jika suami sedang susah, bukan malah menambah susah, namun ia memahami kesusahan suami. Apabila suami bersedih, ia berupaya membuatnya tertawa. Karena, sedihnya suami adalah sedihnya dia juga sebagai istri.
Agar keharmonisan rumah tangga terjaga, chemistry suami istri haruslah dibangun sebaik mungkin. Dibuatlah frekuensi yang sama untuk saling memahami dan saling mengerti. Ritme dan irama dirancang senada. Langkah dan derapnya saling melengkapi. Bahkan, sekadar tatapan mata saja sudah bisa mewakili seribu kata.
Al Imam An Nasa'i ( As Sunan Al Kubra no.9117 ) meriwayatkan cerita sahabat Anas bin Malik tentang Ibunda Shafiyyah, istri Nabi Muhammad ﷺ.
Saat itu dalam sebuah perjalanan, unta yang dinaiki Ibunda Shafiyyah jalannya lambat. Sambil menangis, Ibunda Shafiyyah mengatakan kepada Rasulullah ﷺ yang sedang menyambutnya: " Anda membawaku dengan unta yang berjalan lambat "
Kata Anas :
فَجَعَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَمْسَحُ بِيَدَيْهِ عَيْنَهَا ، وَيُسْكِتُهَا
" Rasulullah ﷺ pun mengusap air mata Ibunda Shafiyyah dengan kedua tangan beliau dan menenangkannya "
Subhanallah!
Suami yang baik adalah suami yang membasuh kesedihan istri. Ia selalu hadir di saat istri memerlukan.
Tanpa diminta, suami adalah penopang agar istri tidak goyang. Ia lah tawa candanya, hingga istri tak merasa sepi. Ia pengisi ruang kosong dalam hidupnya. Suami harus menjadi pahlawan.
Sebaliknya, jangan ada tangis pura-pura dalam rumah tangga. Sambil menangis bilang cinta, padahal di hati tidak suka. Katanya sayang, tetapi selalu menyakiti dengan kata-kata tanpa pikir panjang. Mengaku rindu, namun rindu yang menipu.
Semoga Allah Ta'ala menjadikan cinta karena- Nya sebagai pondasi rumah tangga.
Ke arah gerbang 303, 14 Rajab 1444 H/05 Februari 2023
No comments